Startup dan Promo


Beberapa waktu yang lalu topik startup sempet rame, bukan judul drakor ya tapi startup beneran. Membahas bagaimana banyak e-comm yang merugi, strategi bakar duit, hingga pola konsumsi masyarakat dan promo.

Sebenarnya cukup menarik sih soalnya sampai sekarang saya sendiri masih nggak paham bagaimana strategi bisnis jangka panjang dari perang promo ini. Jika tujuannya untuk menarik pengguna, ya bisa dibilang sukses tapi kan transaksi yang dilakukan nggak menghasilkan profit ya jadi percuma dong banyak transaksi tapi malah rugi.

Salah satu tujuan lain menurut cergam Paman Gober edisi pengupas wortel adalah merugi di awal untuk mematikan perusahaan kompetitor, jadi ketika sudah menjadi produsen tunggal dan menguasai pasar barulah jualan dengan harga normal. Masalahnya kan e-comm ini ada banyak yang mirip2 ya dan semuanya menggunakan strategi promo bakar duit yang sama dan sudah bertahun2 masih gitu aja kondisi persaingannya.

Lalu apakah semua orang Indonesia itu memang gila promo dan lebih memilih harga daripada kualitas? Tergantung orang dan pola konsumsinya kali ya. Contohnya saya sendiri ketika melihat ada diskon besar2an fashion day sama sekali tidak tergoda, ya karena lemari saya sudah cukup penuh dan ga butuh ditambah lagi walaupun penuh (malah sudah 2x giveaway isi lemari biar ga banyak bawaan saat pindahan). Tapi ketika ada promo kopken seribuan, saya ikutan berebut promo walaupun aslinya saya nggak terlalu suka kopi.

Trus salah siapa dong klo kebanyakan e-comm yang ada saat ini terus merugi? ya klo menurut saya sih salah strategi bisnisnya yang terbuai dengan “market growth” yang semu. Okelah secara grafik, jumlah pengguna dan transaksi harian terus naik dengan pesat. Tapi ya seperti yang dibilang di awal, banyak penjualan tapi rugi semua ya apa gunanya?

Tapi kan setelah usernya banyak, bisa jualan dengan harga normal biar dapet profit? yakinkah bisa gitu? Saya sendiri jika tidak ada promo ga bakal beli segelas kopi dengan harga 20rb. Sejauh ini dengan bakar2 duit yang didapat hanyalah Brand Recognition saja tanpa adanya Brand Loyalty. Ketika promonya hilang, pasti banyak user yang ikutan hilang juga dan mungkin pindah ke brand kompetitor yang lebih “menguntungkan”. Toh di mata awam, sebagian besar e-comm itu mirip2 kok isinya hehe.

Trus gimana dong, jangan ngomong doang tanpa solusi. Ya klo tau mah kayanya saya udah buka startup sendiri, cobalah brainstorming sama para analis dan konsultannya sebelum dilayoff 😀

Tinggalkan komentar