Ditolak itu umumnya identik dengan sesuau yang menyakitkan, bikin depresi, membuat dunia seakan terbalik, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Namun postingan kali ini bertujuan untuk berbagi kisah pribadi tentang ditolak yang meninggalkan kesan positif bagi saya 🙂
Jadi beberapa waktu yang lalu saya melamar pekerjaan (bukan anak orang, ini bukan cerita tentang patah hati) di sebuah perusahaan yang lumayan besar. Lho, mau pindah lagi? bukannya belum setahun pindah? Well, sebenarnya sama sekali tidak ada masalah dengan tempat kerja yang sekarang. Lingkungan pekerjaannya cukup menyenangkan, bosnya nggak nyebelin, serta cukup fleksibel aturan kerjanya (nggak ada aturan ketat tentang jam kerja dan dress code, mau WFH tiap hari juga bebas yang penting bisa deliver result). Jadi lamaran kali ini murni karena iseng, mencari pengalaman sekaligus menguji diri sendiri apakah qualified jika melamar di posisi yang tinggi sementara pengalaman di area tersebut sangat minim.
Sejujurnya, ketika apply online waktu itu, sama sekali tidak membayangkan bakal direspon karena pengalaman pribadi selama ini ketika apply online, lebih dari 80% dicuekin (hanya auto reply “your application has been processed” aja). Namun kali ini kurang dari seminggu, dihubungi oleh rekruiter A yang minta CV dan detail lebih lanjut (standar recruitment pada umumnya) serta menanyakan availability untuk tes online. Jarang2 lho ada yang menanyakan availability applicant, biasanya pada nyodorin jadwal tesnya dengan anggapan applicant pasti ada waktu dan harus bisa meluangkan waktu kapanpun itu. Padahal bisa jadi kan ada urusan lain seperti ambil rapot anak, nemenin istri cek kandungan, anter ortu vaksinasi covid, atau mungkin interview di perusahaan lain.
Singkat kata, ikut tes online yang ternyata cukup sulit. Pertama kalinya setelah sekian tahun mengerjakan soal ujian dengan hati berdebar sampai waktu habis dan masih belum selesai, jadi inget masa2 kuliah. Di sini sudah cukup yakin bakal gagal, namun ternyata beberapa hari kemudian dapat kabar dari rekruiter A yang mengabarkan bahwa saya lulus online test dan menanyakan availability untuk jadwal tes berikutnya, sekaligus mengenalkan rekruiter B yang akan memandu proses selanjutnya. Setelah melalui rangkaian tes yang tidak kalah menantang, akhirnya muncul juga jadwal berjudul “Final Interview”, akhirnya semua ini akan segera berakhir.
Seperti yang telah kalian semua duga berdasarkan judul postingan ini, pada akhirnya saya gagal. Namun hal yang cukup berbeda dari pengalaman saya melamar kerja sebelumnya, rekruiter B menghubungi secara personal. Selain mengabarkan kegagalan ini, juga ngasih tau apa yang kurang dan perlu diimprove, dan apa yang sudah memenuhi syarat. Juga menanyakan kesan selama mengikuti rangkaian tes ini dan feedback apa yang bisa diimprove.
Jarang2 lho ada yang kaya gini, pada umumnya cuma dapet email sukses atau gagal. Dan dapet email gini aja saya sudah gembira karena setidaknya ada kepastian. Seringnya malah ga ada kabar sama sekali dari rekruiter, selesai ikut tes langsung dighosting dengan anggapan “kalo nggak dikabari ya berarti nggak lanjut” padahal nggak ada deadline juga harus nunggu berapa lama.
Jika ada yang berprofesi sebagai recruiter dan membaca postingan ini, contohlah rekruiter B. Nggak perlu sampai sejauh itu malah jika kalian nggak ada waktu untuk menghubungi applicant, dan nggak dapet feedback dari penguji tentang plus minus applicant, serta nggak peduli pesan kesan applicant karena prosesnya sudah baku dan kalian nggak punya wewenang untuk melakukan perubahan apapun. Tapi setidaknya kasih kepastian, it means a lot 🙂